A. Definisi dalam Psikologi
Mencermati dinamika konseling dewasa ini, definisi konseling dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu definisi konvensional dan definisi modern. Definisi konseling konvensional lebih bercirikan bahwa pelayanan konseling tidak menggunakan teknologi informatika, sedangkan definisi konseling modern bercirikan suatu pelayanan konseling menggunakan teknologi informatika.
- Definisi Konseling Konvensional
Secara konvensional, konseling didefinisikan sebagai pelayanan professional (professional service) yang diberikan oleh konselor kepada klien secara tatap muka (face to face) agar klien dapat mengembangkan perilakunya kea rah lebih maju (progressive). Pelayanan konseling berfungsi kuratif (curative) dalam arti penyembuhan dimana klien adalah individu yang mengalami masalah, dan setelah memperoleh layanan konseling, ia diharapkan secara bertahap dapat memahami masalahnya (problem understanding) dan memecahkan masalahnya (problem solving).
- Definisi Konseling Modern
Definisi konseling modern merupakan hasil perkembangan konseling dalam abad teknologi, sehingga proses konseling dipengaruhi oleh kemajuan teknologi, khususnya teknologi informatika. Konseling adalah profesi bantuan (helping profession) yang diberikan oleh konselor kepada klien atau kelompok klien, dimana konselor dapat menggunakan teknologi sebagai media untuk memfasilitasi proses perkembangan klien atau kelompok klien sesuai dengan kekuatan, kemampuan potensial dan actual serta peluang-peluang yang dimiliki, dan membantu mereka dalam mengatasi segala permasalahan dalam perkembangan dirinya.
Konseling tidak hanya diberikan secara tatap muka (face to face) untuk menjalankan fungsi penyembuhan (curative), artinya bias tidak secara tatap muka karena menggunakan teknologi informatika seperti internet, sehingga konseling bias diberikan konselor kepada klien secara berjauhan tanpa membatasi lokasi dan waktu untuk menjalankan berbagai fungsi pelayanan konseling diantaranya penyembuhan (curative).
Menurut Jones (1995:2) konseling didefinisikan sebagai hubungan bantuan yang bersifat pribadi (as a special kind of helping relationship), sebagai bentuk intervensi (as a repertoire of interventions), dan sebagai proses psikologis (as a psychological process) untuk mencapai tujuan.
Konseling tidak hanya diberikan secara tatap muka (face to face) untuk menjalankan fungsi penyembuhan (curative), artinya bias tidak secara tatap muka karena menggunakan teknologi informatika seperti internet, sehingga konseling bias diberikan konselor kepada klien secara berjauhan tanpa membatasi lokasi dan waktu untuk menjalankan berbagai fungsi pelayanan konseling diantaranya penyembuhan (curative).
Menurut Jones (1995:2) konseling didefinisikan sebagai hubungan bantuan yang bersifat pribadi (as a special kind of helping relationship), sebagai bentuk intervensi (as a repertoire of interventions), dan sebagai proses psikologis (as a psychological process) untuk mencapai tujuan.
Menurut Burk dan Stefflre (1979) yang dikutip Latipun (2001) Konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konselor terlatih dengan klien, hubungan yang terbentuk biasanya bersifat individu ke individu, kadang juga melibatkan lebih dari satu orang suatu misal keluarga klien. Konseling didesain untuk menolong klien dalam memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap suatu masalah yang sedang mereka hadapi melalui pemecahan masalah dan pemahaman karakter dan perilaku klien.Menurut Pietrofesa, Leonard dan Hoose (1978) yang dikutip oleh Mappiare (2004) Konseling merupakan suatu proses dengan adanya seseorang yang dipersiapkan secara profesional untuk membantu orang lain dalam pemahaman diri pembuatan keputusan dan pemecahan masalah dari hati kehati antar manusia dan hasilnya tergantung pada kualitas hubungan.
Berdasarkan Rumusan diatas maka yang dimaksud dengan Konseling adalah:Proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara Konseling oleh seorang ahli (disebut Konselor) kepada individu yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dialami oleh klien.Konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien. Konseling merupakan suatu proses bantuan secara profesional antara konselor dan klien yang bertujuan membantu individu ( klien ) dalam memecahkan masalahnya agar individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sesuai potensi atau kemampuan yang ada pada dirinya.
B. Tujuan Konseling
Secara umum tujuan konseling adalah agar klien dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian dan kebahagiaan hidup. Secara khusus tujuan konseling tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing klien.Jones (1995:3) menyatakan setiap konselor dapat merumuskan tujuan konseling yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing klien. Sebagai contoh tujuan konseling adalah agar klien dapat memecahkan masalahnya saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif, mampu beradaptasi, dapat membuat keputusan, mampu mengelola krisis, dan memiliki kecakapan hidup (lifeskill).Berikut adalah beberapa tujuan konseling (McLeod, 2008:13-14):
- Pemahaman. Adanya pemahaman terhadap akar dan perkembangan kesulitan emosional mengarah pada peningkatan kapasitas untuk lebih memilih control rasional daripada perasaan dan tindakan.
- Hubungan dengan orang lain. Menjadi lebih mampu membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna dan memuaskan dengan orang lain.
- Kesadaran diri. Menjadi lebih peka terhadap perasaan dan pemikiran yang selama ini ditahan atau ditolak.
- Penerimaan diri. Pengembangan sikap positif terhadap diri, yang ditandai oleh kemampuan menjelaskan pengalaman yang selalu menjadi subyek kritik dan penolakan.
- Pemecahan masalah. Menemukan pemecahan masalah tertentu yang tidak bias diselesaikan oleh konseli sendiri.
- Aktualisasi diri atau individuasi. Pergerakan ke arah pemenuhan potensi atau pemenuhan integrasi bagian diri yang sebelumnya saling bertentangan.
- Pendidikan psikologi. Membuat konseli mampu menangkap ide dan teknik untuk memahami dan tingkah laku.
- Keterampilan sosial. Mempelajari dan menguasai keterampilan sosial dan interpersonal.
- Perubahan kognitif. Mengganti kepercayaan yang irasional dan pola pemikiran yang tidak dapat diadaptasi, yang diasosiasikan dengan tingkah laku penghancur.
- Perubahan tingkah laku. Mengganti perilaku yang maladaptif.
- Perubahan sistem. Memperkenalkan perubahan dengan cara beroperasinya sistem sosial.
- Penguatan. Berkenaan dengan keterampilan, kesadaran, dan pengetahuan yang akan membuat konseli mampu mengontrol kehidupannya.
- Restitusi. Membantu konseli membuat perubahan kecil terhadap perilaku yang merusak.
- Reproduksi dan aksi sosial. Menginspirasikan dalam diri seseorang hasrat dan kapasitas untuk peduli kepada orang lain, membagi pengetahuan, dan mengontribusikan k.ebaikan bersama melalui kesepakatan politik dan kerja komunitas.
C. Ciri-ciri Konseling
D. Fungsi Pelayanan KonselingPelayanan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan konseling. Fungsi tersebut mencakup; fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan, serta fungsi advokasi. Kelima fungsi tersebut diuraikan sebagai berikut:
- Fungsi pemahaman (understanding function)
- Fungsi pencegahan (preventive function)
- Fungsi pengentasan (curative function)
- Fungsi pemeliharaan dan pengembangan (development and preservative)
- Fungsi advokasi
E. Asas-asas Pelayanan Konseling
Menurut Winkell (1989:301-302), pelayanan seorang konselor terhadap konseli yang bercorak membantu dan dibantu (helping relationship), yang berlangsung secara formal dan dikelola secara professional, kiranya harus memperhatikan berbagai asas-asas yang harus dipahami bersama, yaitu:Bermakna, baik untuk konselor maupun konseli karena kedua belah pihak melibatkan diri sepenuhnya.
Mengandung unsur kognitif dan afektif karena konselor dan konseli berpikir bersama, serta alam perasaan konseli sepenuhnya diakui ikut dihayati konselor.
Berdasarkan sikap saling percaya dan saling terbuka. Kedua partisipan saling mengandalkan sebagai pribadi yang berkehendak baik.
Berlangsung atas dasar saling memberikan persetujuan, dalam arti konseli member persetujuan terjadinya komunikasi secara sukarela dan konselor menerima dengan rela permintaan untuk memberikan bantuan profesional.
Terdapat suatu kebutuhan di pihak konseli, yang diharapkan dapat terpenuhi melalui wawancara konseling. Di pihak konselor kebutuhan itu disadari dan diakui termasuk lingkup keahliannya sehingga konselor berusaha memenuhinya.
Terdapat komunikasi dua arah, dalam arti konselor dan konseli saling menyampaikan pesan atau saling mengirimkan berita, baik melalui saluran verbal amaupun nonverbal. Pesan tersebut saling ditanggapi.
Mengandung strukturalisasi, dalam arti komunikasi tidak berlangsung apa adanya, seperti lazimnya komunikasi social nonprofesional.
Berasaskan kerelaaan dan usaha untuk bekerja sama agar tujuan yang disepakati bersama tercapai.
Mengarah pada suatu perubahan pada diri konseli. Perubahan itu adalah tujuan yang hendak dicapai bersama.
Terdapat jaminan bahwa kedua partisipan merasa aman, dalam arti konseli dapat yakin akan ketulusan konselor dalam membantunya sehingga keterbukaan konseli tidak akan disalahgunakan oleh konselor.
F. Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
Perbedaan penekanan bidang yang ditangani konseling dan psikoterapi:
- KonselingPsikoterapi
- Suportif dan edukatif
- Vokasional
- Pemberian dorongan
- Masalah yang situasional
- Pemecahan masalah
- Dalam situasi yang sadar
- Orang yang normal
- Saat ini dan yang akan datang
- Jangka pendek
- Akibat tekanan lingkungan
- Menyusun rencana yang rasional
- Mencegah masalah penyesuaian yang lebih berat
- Mengatasi problem kehidupan sehari-hari
- Rekonstruktif
- Emosional perilaku
- Pemberian dorongan (dalam kondisi kritis)
- Masalah emosional yang berat, neurotic
- Rekonstruksi kepribadian
- Alam yang tidak sadar
- Orang yang patologis
- Masa lalu
- Jangka panjang
- Konflik emosional
- Menyembuhkan masalah-masalah yang berat
- Mengerti berperilaku dalam kehidupan sehari-hari
- Mengatasi problem kehidupan sehari-hari
(Hansen, J.C., Stevic, R.R, dan Ricard W.W. (1977). Counselling: Theory and Process.3th edition. New York: Allyn and Bacon Inc. p.13)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar